Pentingnya Root Cause Analysis (RCA) dalam Pengembangan Software

Dipublikasikan pada 21 March 2025 oleh Arif Subarkah

Dalam dunia pengembangan software, masalah itu bukan sekedar kemungkinan, tapi keniscayaan.
Entah itu bug yang muncul di production, kejar-kejaran deadline, atau fitur yang sudah susah payah dikembangkan ternyata tidak dipakai pengguna.

Biasanya, tiap kali ada masalah, saya seringnya langsung gas cari solusi. Bug? Fix aja. Deadline molor? Tambah lembur.
Fitur nggak dipakai? Yaudah bikin yang baru.
Tapi makin lama, makin terasa kalau ini tuh kayak minum obat pereda nyeri tanpa tahu penyakit aslinya.

Di sinilah saya mulai mencari tahu tentang Root Cause Analysis (RCA).
Intinya sederhana: kalau ada masalah, jangan buru-buru menilai penyebab masalahnya dan lompat ke solusi.
Cari dulu akar penyebabnya. RCA ngajarin kita buat nanya "kenapa?" berulang kali sampai nemu inti permasalahan.

Misalnya, kualitas software belum bisa memenuhi standar:

1.Kenapa? Karena masih banyak bug yang ditemukan setelah rilis.
2.Kenapa masih banyak bug? Karena proses testing kurang optimal.
3.Kenapa proses testing kurang optimal? Karena testing dilakukan mendekati deadline tanpa cukup waktu untuk revisi.
4.Kenapa testing mendekati deadline? Karena estimasi pengembangan meleset dari rencana awal.


Nah, dari sini kelihatan kalau akar masalahnya bukan cuma di testing, tapi di manajemen proyek secara keseluruhan.
Solusinya? Bukannya cuma nambah tester atau memperpanjang waktu testing, tapi juga memperbaiki cara kita melakukan estimasi dan alokasi waktu pengembangan.


RCA bukan cuma teknik troubleshooting, tapi juga cara berpikir yang bisa kita pakai buat menghadapi segala macem permasalahan di kehidupan.
Ketika kita paham akar masalahnya, solusi yang kita buat jadi lebih efektif dan nggak sekadar tambal sulam.
Kalau kamu sering ketemu masalah yang sama berulang kali di proyekmu, mungkin saatnya berhenti sejenak dan mulai nanya: "Why?"